Selasa, 27 Desember 2016

FILSAFAT PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

FILSAFAT PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai ciri-ciri:
Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus terutama otak
Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yaitu zat masuk dan keluar
Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar
Memiliki potensi untuk berkembang
Tumbuh dan berkembang
Berinteraksi dengan lingkungannya
Bergerak

Dibandingkan dengan tubuh hewan tubuh manusia lebih lemah, sekalipun demikian rohani manusia yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat sehingga manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akal budi dan kemauan kerasnya adalah sifat unik dari manusia disamping dapat belajar dan mengajar anaknya.
Rasa ingin tahu atau kuriositas manusia terus tumbuh dan berkembang rasa ingin tahunya tidak pernah dapat terpuaskan, manusia bertanya terus setelah tahu apa, ia ingin tahu bagaimana dan mengapa. Dengan demikian, manusia mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi. Hal tersebut berlangsung berabad-abad sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Dahulu, manusia purba hidup dalam gua-gua tetapi berkat pengetahuannya terus bertambah manusia modern bertempat tinggal dalam gedung-gedung yang indah seperti saat ini, selain memenuhi kepuasan manusia ilmu pengetahuan juga berkembang untuk keperluan praktis agar hidupnya lebih mudah dan menyenangkan.
Dalam perspektif filsafat pendidikan, manusia merupakan sumber pengetahuan karena dari manusialah pendidikan dilahirkan pertama kali, bahkan orang sufi mengatakan barang siapa ingin mengetahui sang pencipta pelajarilah jiwa manusia.
Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial yaitu berfikir, dan lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia berasal dari pemikiran manusia tentang jati dirinya yang unik dan misterius.
Manusia menggunakan rasionya sebagai alat untuk hal-hal berikut
Menemukan kebenaran dalam pendidikan.
Merasionalisasi segala sesuatu yang ada atau yang mungkin ada dengan cara berfikir yang mendalam, logis, dan rasional untuk mengembangkan pola pendidikan yang utama bagi peningkatan akhlak manusia kepada Allah SWT dan sesama manusia.
Menjadikan semua objek ilmu pengetahuan sebagai objek material yang cara kerjanya radikal dan mendalam untuk mengembangkan kurikulum pembelajaran.
Kebenaran yang bersifat observatif dan empiris sebagai langkah awal menuju pencarian kebenaran yang hakiki. Dengan demikian pendidikan dikembangkan dengan paradigm bermasa depan.
Dalam perspektif filsafat pendidikan mempelajari jati diri manusia sangat penting karena alasan berikut.
Semua manusia tercipta dalam keadaan tidak memiliki ilmu pengetahuan, manusia bagian dari alam.
Manusia terlahir dalam keadaan fitrah.
Manusia diwajibkan mencari ilmu, sumber ilmu berasal dari Allah pencipta manusia.
Belajar dan mengamati jiwa manusia merupakan metode mengesakan tuhan.
Manusia berasal dari tuhan.
Adapun fungsi filsafat pendidikan tentang manusia adalah
Meningkatkan pola hidup manusia di muka bumi
Meningkatkan kebudayaan masyarakat dalam merekayasa dan mengeksploitasi alam
Meningkatkan kemandirian manusia dalam bertahan hidup
Memlihara kelangsungan reproduksi
Mewaspadai gejala alam yang akan menimbulkan petaka bagi manusia
Memelihara dirinya dari berbagai ancaman penyakit
Beadaptasi denganj kondisi alam yang berubah-ubah
Meningkatkan harkat dan martabat manusia dari segi pendidikan kealaman
Fungsi ekonomi, politik, agama, dan sosial budaya
Sarana pengabdian kepada tuhan.

Ciri-ciri filsafat pendidikan tentang manusia adalah
Merupakan pengetahuan filsafat yang universal karena seluruh kajian filsafat akan membicarakan manusia
Menjadi manusia sebagai objek pengembangan
Memerlukan pemahaman mendalam agar manusia menyadari kepentingan hidup berdampingan dengan seluruh alam jagat raya ini
Memahami keberadaan manusia secara komperehensif dan kontemplatif.
Adapun manfaat filsafat pendidikan manusia adalah, memberikan pengetahuan empiris dan terukur kepada manusia, sebagaimana gejala kemanusiaan yang dapat dihitung secara matematis sehingga manusia lebih waspada menghadapi berbagai perubahan kehidupan yang akan mendatangkan malapetaka.
Dalam filsafat pendidikan dipertanyakan kebaikan dan keburukan, kepantasan dan ketidak pantasan bagi manusia. Manusia sebagai pelaku pendidikan dibentuk oleh filsafat pendidikan menjadi manusia yang bermoral.
Standar moral manusia banyak ditentukan oleh tingkat perkembangan sosialnya, inteligensinya, dan ilmu pengetahuan yang berkembang. Moralitas tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia sebagai pembuka bagi kehidupan yang lebih maju, kehidupan yang lebih mmebahagiakan, dan kehidupan bermakna. Problem moral ini bukan sekedar masalah moral itu sendiri tetapi juga menyangkut persoalan sosial, ekonomi, dan politik.
Pendidikan dipandang belum mampu mengubah moralitas bangsa. Seperti yang tergabung dalam aliran deontologist, objektif, dan non natularistik, dan termasuk aliran teleologis, subjektif, dan naturalistic yang memiliki epistimologi berbeda dalam memberikan jawaban atas pembenaran nilai-nilai moral.
Deontology merupakan keyakinan bahwa nilai moral selalu didasarkan pada apa yang ada dalam perbuatan itu sendiri, bukan sesuatu yang lain yang berada di luarnya.
Teologis merupakan yang meyakini bahwa suatu tindakan moral selalu merupakan pilihan bebas seorang dalam menentukan moralnya di antara berbagai tingkah laku yang ada berdasarkan pertimbangan logis atas keuntungan dan kerugian suatu prilaku.
Dalam filsafat pendidikan manusia yang berhubungan dengan perbuatan moral mengarah pada peraihan kebahagiaan seseorang yang bernilai teleologis. Prilaku yang baik yang diidentifikasi  sebagai sesuatu yang terealisasikan dalam kehidupan yang bahagia menjadi relative bagi setiap kepentingan individu, bahkan bersifat individualistis dan relative. Dengan demikian dalam filsafat pendidikan moral diarahkan pada tujuan utama pendidikan yaitu membina dan mengembangkan tingkah laku yang mandiri, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab.
Tujuan filsafat pendidikan tentang manusia mengarahkan pembentukan tingkah laku manusia yang rasional, adaftif dengan alam, selektif dengan perubahan, berjiwa reformis, modernis, kritis dan progresif. Manusia diarahkan pada pembentukan pola kehidupan yang mandiri dengan moralitas yang tinggi dan universal, yaitu kebaikan yang tidak mengenal batas, ruang dan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar